Dimana Bahagia ?

Assalamuallaikum wr.wb

Selamat pagi teman - teman, tulisan kali ini terinspirasi pagi tadi ketika aku menyusuri jalan-jalan perkampungan dikotaku. Akhir-akhir ini aku lebih senang berjalan kepasar pagi-pagi buta dan sesekali melewati jalan yang berbeda-beda setiap harinya. Ketika aku melewati rumah yang mewah, tersirat rasa "Wah, rumahnya bagus sekali." lalu beberapa tapak kemudian aku melewati rumah yang gubuknya sudah rusak dan bahkan tidak ada kamar mandi dan mengharuskan mereka berjalan kesungai setiap harinya. Lalu dijalan yang berbeda aku melewati rumah, yang dindingnya dari bambu, alasnya tanah namun tertata rapi, terdapat kamar mandi didalam rumah sehingga tidak harus kesungai untuk sekedar buang air kecil. Tersirat lagi dalam hati "Aku juga ingin memiliki rumah seperti ini." 

Pertanyaan selanjutnya dalam pikiranku, apakah aku bahagia?
apakah aku akan bahagia jika aku pemilik rumah bermodel modern yang alasnya marmer dengan pagar besi yang mengelilingi rumah dan dilengkapi kulkas, tv dan teknologi modern lainnya?
apakah tidurku akan nyenyak jika aku tidur diatas kasur empuk dan bantal empuk yang tidak akan membuat pinggangku sakit?
ataukah...
aku lebih bahagia hidup dirumah yang berdinding bambu
yang beralaskan tanah
yang kamar mandinya tak begitu mewah yang penting tepat pada fungsinya
yang kasur dan bantalnya empuk hanya setelah dijemur dibawah sinar matahari 
Fana ternyata

Akupun pada akhirnya mengerti, bahagia tidak dapat diukur dengan banyaknya harta atau barang - barang mewah yang kita miliki. Belum tentu yang tinggal dirumah mewah dan berlinang harta bisa tidur nyenyak disana, mungkin masalah kerjanya atau masalah - masalah lainnya membuat ia jarang menempati rumahnya atau mungkin waktunya habis ditempat kerja daripada dirumah bersama keluarganya. Yang tidur dirumah berdinding bambu, beralaskan tanahpun mungkintak seiba itu mungkin saja ia lebih bahagia dengan apa yang ia punya. 
Lalu dimana bahagia? Bahagia terletak dirasa syukur kita terhadap apa yang sudah kita punya sekarang.
Bukankah Allah menyukai hambaNya yang senantiasa merasa cukup atau qanaah? Ya.
Mungkin dengan merasa cukup dengan apa yang telah kita punya kita akan temukan bahagia.  
Bersyukur, bersyukur dan bersyukur dengan apa yang telah diberikan kepada kita insyaAllah kita akan temukan bahagia. :)

Wassalamuallaikum wr.wb

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengeluh dan Menyerah

Untukmu, sahabatku

Penghujung tahun 2018