Mimpi-mimpi sepuluh tahun lalu
Aku berjalan menyusuri indahnya kota Jogja di malam hari. Lampu-lampu kota, tepatnya di Jalan Malioboro selalu memberikan sisi sejuk dipikiranku. Ah kota ini. Kota yang sejak sepuluh tahun lalu ada di daftar impianku. Aku jatuh cinta dengan Jogja semenjak aku duduk dibangku SMA, saat study tour dulu. Makan sate didekat lampu merah mau ke Malioboro. Aku jatuh cinta pada delman - delman yang memberikan suara tik tak tik tuk di jalan raya. Aku jatuh cinta pada bakpia pathok yang istimewa. Semua tentang Jogja selalu membuat hatiku jatuh cinta.
Langkahku berhenti ditaman kota. Disana aku mengingat mimpi apa saja yang pernah aku tulis sepuluh tahun lalu, ketika aku duduk di bangku SMA.Satu persatu kuingat,
Menjadi guru.
Menjadi anak yang berprestasi.
Membanggakan kedua orang tua.
Jogja.
Punya sawah dan peternakan. Penulis.
....
Lamunan tentang mimpi sepuluh tahun lalu terhenti. Senyum malu dan haru tergambar diraut wajahku. Ah ternyata mimpi itu sebagian sudah kudapat. Aku sudah lulus sarjana keguruan, aku pernah menjuarai beberapa perlombaan diberbagai universitas di Jawa, tapi aku belum puas, apakah orang tuaku sudah bangga denganku? Aku harap semoga. Ini kedatanganku ke Jogja yang ke-5. Hari ini tujuanku ke Jogja bukan untuk melaksanakan tugas sekolah ataupun melakukan presentasi lomba, kali ini Tuhan memberikan aku kesempatan untuk menikmati Jogja sebagai seorang tamu. Aku diundang oleh salah satu universitas untuk menjadi seorang pembicara di acara seminar. Out of my dream. I never imagine about this before.
Seminar tersebut mengusung tema "Membangun karakter pemuda Indonesia yang kreatif, innovatif dan produktif". Lalu siapakah aku hingga mereka mengundangku?
***
Komentar
Posting Komentar