Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

sua.

Dengar aku!  Aku sedang berteriak Dengan kencangnya Hingga tak terdengar Telah ku kerahkan urat nadiku Untuk menyuarakannya Tapi nihil Ingin ku robek dada ini Ku cabik-cabik perasaanku Walau tak terasa lagi Sebesar apa lukanya Sungguh,  Dengar aku  Bukan dengan telinga Tapi rasa Bukan maklum Tapi ada

Kemari.

Kemarilah, duduk.  Akan aku ceritakan jalanan berliku yang ku tempuh di setiap pagiku Ada apa disana?  Bagaimana disana?  Mengapa?  Hari demi hari Akan memberikan jawaban yang berbeda-beda.  Kamu tau kakek tua yang membawa hasil kebunnya berjalan kaki menuruni gunung setiap hari?  Menanti nanti, truk mana yang akan membawanya naik, atau membawanya turun.  Penantiannya pasti, penuh ketidak pastian.  Atau, apakah lelahnya akan terbayar tuntas keesokan harinya?  Tidak tahu.  Kamu tau kakek tua yang mengayuh sepeda tuanya sambil membonceng dua papan bambu setiap paginya?  Apakah selalu ada yang membeli?  Tidak tahu, sudah pasti kakinya akan pegal dan kayu itu berat sekali, gumamku.  Kamu itu terlalu berisik, ditengah hiruk pikuk yang sudah ramai.  Semua punya lelahnya masing-masing.  Semua, juga punya "cukup" yang berbeda-beda.  Sungguh kita hanya sedang bermain peran.  Kamu, juga sedang memainkan peranmu k...

Malam Terakhir

Malam ini seperti malam-malam sebelum hari perpisahan biasanya.  Sedikit sedih, banyak mellow nya.  Liburanku sudah hampir usai, besok sudah harus kembali merantau.  Sembari berbaring, seperti biasa aku berselancar di media sosialku. Ku temukan sebuah video anak dan bapak, diiringi lagu ada band - yang terbaik bagimu.  Lagu yang sangat sensitif bagiku, dan jangan tanya kenapa. Setiap aksi di video tersebut, mengingatkan aku kepada bagaimana kedua orangtuaku membesarkan aku.  Sedari aku TK, SD, SMP, SMA, bahkan Kuliah.  Apa?  Kedua orang tuaku tidak pernah menyuruhku ketika mereka tau aku sedang belajar.  Bagaimana bisa semua pekerjaan rumah, dikerjakan satu orang ibu sendirian?  Sadarku setelah 25 tahun usiaku.  Bagaimana bisa bapakku, rela memijat punggung ku sedang beliau sendiri bertarung dengan kerasnya hidup sendirian setiap hari.  Dua puluh lima tahun, mungkin baru sepertiga mataku terbuka..  Setelah ditempa oleh hidup, y...

Pesan Uwak

Disuatu hari, disaat hari itu aku masih bodoh Ya sampai saat ini pun.  Aku sedang mengobrol santai bersama uwakku.  Obrolan kita saat itu tentang harta duniawi.  Hal itu membuatku sontak berkata "Ibuk dan bapak gak ngewarisin apa apa ke aku" Lalu uwak bilang,  "Hus! Kamu sekolah, kamu belajar kamu menimba ilmu, itu harta waris paling berharga yang diwariskan kepadamu!" Lalu aku terdiam,  Alhamdulillah mereka masih bisa menyekolahkan aku sampai sarjana, walaupun mereka sendiri hanya lulusan SMA.. 

Tidak.

Tidak, dia tidak mencintaimu.  Dia hanya sedang takut menghadapi dunianya sendirian.  Tidak, dia tidak mencintaimu.  Dia hanya berlindung dibalik tembok untuk memanggilmu datang, dan datang.  Lalu kembali bersembunyi setelahnya.  Tidak, semua itu tidak nyata.  Tulisan, harapan dan cita-cita itu sudah semestinya terkubur.  Rapi, dan sangat rapi.  Cinta itu, sakit