Diam saja...
Entah hari ini rasanya kesel, sedih, marah. Tapi saya tidak bisa melampiaskan hal - hal tersebut dengan berkata kasar walaupun ingin sekali aku keluarkan jurus kata - kata kasar tersebut. Entah mengapa, eman. Mulutku terlalu kasihan kalau disuruh berbicara kasar. Yasudah sabar saja. Entah sejak kapan aku lebih memilih diam daripada melampiaskan amarah dengan marah - marah. Walaupun kadang sesekali khilaf.
Tapi...
ah selalu saja pembelaan. Seolah akulah yang paling benar padahal akulah yang paling berdosa. Entah berapa anak yang merasa tersakiti karena marahku? berapa anak yang merasa tersakiti karena perkataanku? berapa anak yang terdzalimi oleh sikapku? Teman maafkan aku karena kesalahanku. Dan mungkin kini aku sudah berubah, menurut sudut pandangku tapi entah menurut sudut pandangmu. Sebait puisi ini kubuat untuk diriku dan orang - orang yang lebih memilih diam sebagai pelampiasan terdalamnya.
Sudahlah diam saja,
Biarkan diammu yang menjawab
entah itu melambangkan senang atau susah
Biar saja tidak ada yang tahu
Apa yang sebenarnya menyelimuti perasaanmu
Karena pemilik bahagia dan sedihmu adalah dirimu
Kamupun penyembuh luka - luka batinmu
Maafkanlah, ikhlaskanlah, sabar saja
Diammu tak akan pernah sia - sia
Karena ada yang lebih tau makna diammu
Dan biarkan terkunci mulutmu itu
Sampai orang tak tau pikiranmu sudah berjalan jauh
-d.indra-
Komentar
Posting Komentar