Flashback...

"Wah harus opname ini" sentak dokter penyakit dalam setelah membaca hasil lab waktu itu.
"Kalau rawat jalan bagaimana dok?" sahutku karena saat itu aku masih berat meninggalkan kuliahku.
"Ya bisa, tapi ini sudah parah. Kalau saya menyarankan opname."

Pikiranku kabur kemana - mana. Ini kali pertama aku sakit yang bisa dibilang menakutkan karena aku benar - benar tidak menyangka bahwa sakitku separah itu. 

Dengan berbagai pertimbangan akhirnya aku memilih untuk opname. Ini kali pertama aku menginap dirumah sakit, tidak pernah aku bayangkan dan harapkan tidur disini tapi Allah memberiku kesempatan untuk merasakan "Bagaimana Rasanya."

Pikiranku masih kalut, tangisanku tak kunjung berhenti. Dan, mengapa menangis? 
Sesampainya dikamar tempatku dirawat, aku tetap menangis diranjang. Sebelum infus dipasang, ada wanita sepuh yang sedang merawat suaminya yang saat itu sedang sakit menghampiriku. Mungkin karena tangisanku, karena disana sepertinya aku yang paling muda diantara pasien - pasien lain. 

"Sudah mbak jangan menangis, di opname biar sembuh" katanya meyakinkanku.

Aku tidak menghiraukan beliau, ayahku terus mengelus punggungku. Aku tau, ia adalah seseorang yang paling bersedih. Dan mungkin sedihnya melebihi sedihku hanya saja beliau pandai menahan air matanya agar tidak jatuh sedang aku tidak. 

Beberapa jam kemudian ibuku datang, dan hari itu adalah hari dimana aku mengerti dan sadar bahwa kasih sayang orang tua ku sangat tidak terhingga dan tak akan pernah bisa kubalaskan. 

Ibuku yang terbiasa dirumah merawat adik, cucu dan semua pekerjaan rumah meninggalkan semuanya dan hanya berdiam diri menungguku di Rumah Sakit selama 5 hari. Tidur dibawah tempatku tidur, mengantarku kekamar mandi, membantuku makan. 

Air mataku terus menetes, namun rasanya tidak pantas. Pasti kesedihan kedua orang tuaku lebih dalam.

Entah berapa kali perawat menyuntikkan obat kedalam infusku, mengambil darahku, seolah aku sudah kebal dengan jarum suntik. Padahal ketika SMP kelas 8 dulu, aku harus menangis dulu baru disuntik. 

Aku tidak mau tau dengan penyakitku, bagaimana parahnya, dampaknya, dan lain- lain walaupun akupun sebenarnya tau. Tapi aku sehat, aku baik - baik saja dan aku pasti sembuh dengan ijin Allah. 

Aku selalu ingat, ketika aku sehat dulu aku sering sekali jalan - jalan tanpa rasa lelah.Ke gunung, laut, hutan, kemana saja asal menyenangkan aku dan teman - teman pasti kesana. Tapi sekarang? mungkin beberapa bulan ini aku harus istirahat demi kesembuhanku dan aku masih yakin bahwa penyakit ini Allah yang memberikan dan pasti Allah akan memberikan penawarnya. Sabar. Allah tidak akan menguji hambanya melebihi kemampuan hamba Nya kan? InsyaAllah aku mampu. Jangan pernah menyerah dan takut, ada Allah, ada Al Quran. 
Positif thinking, bahagia dan biasakan hidup sehat. 
Belum terlambat kok, InsyaAllah.

Sakit, hari ini kita berdamai. 
Mungkin bukan hakku menanyakan terus menerus bagaimana bisa kau menghampiriku
Mungkin yang harus kukatakan adalah ini adalah penggugur dosa - dosaku
Sakit, hari ini kita berdamai
Jangan menggerogoti aku
Aku akan bertahan untuk mengalahkanmu
Sakit, hari ini kita berdamai
Aku menerimamu
Jadi tolong, baiklah denganku



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengeluh dan Menyerah

Untukmu, sahabatku

Penghujung tahun 2018