Ibuk...

"Walaupun harus ngirit-ngirit ibuk bisa nguliahin kamu."

Begitu kalimat yang kudengar dari mulut ibuku sore ini. Aku memang seorang mahasiswa semester tiga. Aku bukan anak orang kaya yang apa - apa bisa minta dibeliin dan langsung keturutan. 
Tidak.
Aku bukan anak seperti itu. Dari kecil, aku sudah dituntun untuk sesederhana mungkin. Ada atau tidak ada, kesederhanaan itu perlu. Ibuku tidak suka anak gadisnya banyak gaya, ibuk selalu mengutamakan kualitas bukan kuantitass. 
Anak gadisnya harus bisa mengerjakan pekerjaan rumah dan mengerjakan tugas sekolah dengan sebaik-baiknya. 
"Nyetrika gak perlu belajar, masak gak bisa?"
"Ibuk dulu kerumah sakit sendirian, gak ada yang ngantar. Punya mulut ya digunakan untuk bertanya."
"Ibuk dulu kalau membaca bersuara."
"Ibuk dulu seneng kalau disuruh nyetrika."

Ibuk.
Rasanya gak bisa hidup tanpa beliau. Bersyukur masih ada beliau disisa umurku yang tak tau kapan akan diberhentikan oleh-Nya. Walaupun kadang aku merasa tak dimengerti, sesungguhnya akulah yang paling tidak menyadari. Kalau ibuku adalah pemberi kasih sayang terbaik. 
Ibuku tidak membiarkanku berhenti kuliah walaupun UKT ku mahal.

Ibuk.
Sekuat tenaga aku akan berusaha belajar untuk mendapatkan prestasi terbaik, untuk ibuk.
Aku yakin, uang tabunganku nggak akan habis kalau aku gunakan untuk membahagiakan ibuk, keluarga dan orang-orang yang membutuhkan.

Ibuk.
Terimakasih telah mengajarkanku untuk menjadi wanita tahan banting.
Wanita sederhana yang ringan tangan.
Ibuk terimakasih untuk ilmu yang tidak dapat kupelajari di bangku sekolah manapun.
Aku berjanji akan menjadi Ibuk yang baik, untuk anak-anak ku dan untuk suamiku kelak.

your bad babygirl.

D.I 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengeluh dan Menyerah

Untukmu, sahabatku

Penghujung tahun 2018