Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2022

Di suatu malam, yang sunyi

Aku suka sunyi Tapi aku tidak suka malam Aku membencinya Karena ia membuat sunyiku begitu menyedihkan Kerinduan, cinta, kasih sayang Ah semua itu menyiksa!  Aku ingin lepas Bebas Seperti serbuk bunga yang terbang dibawa angin Aku ingin setenang itu Sampai akhirnya tiba waktuku sampai Sampai akhirnya tiba waktuku tumbuh Sampai akhirnya tiba waktuku mekar Tapi,  Semua itu juga butuh waktu kan?  Seperti aku yang kembali menunggu waktu pagi Untuk kembali sadar, aku harus bahagia hari ini. 

Seseorang di Kereta.

Saya mau bercerita. Hari ini, saya di atas kereta api dengan rute Banyuwangi-Yogyakarta. Disebelah saya, ada rombongan ibu dengan lima orang anak yang masih kecil-kecil. Saya hanya bisa membatin, "wow hebat sekali ibu ini". Beberapa saat saya hanya diam, menikmati kesunyian sendiri. Lalu, ibu ini duduk di depanku. Karena keempat anaknya sudah tertidur memenuhi kursi mereka. Akupun bertanya, "Mau ke mana bu?". Beliau menjawab, "Mau ke Bandung." Waw, ke bandung dengan membawa anak sendirian! Cukup keren, karena anak terbesarnya seperti masih seumuran siswa SMP dan yang paling kecil sekitar 3 tahun. Tempat duduknya cukup penuh dengan perbekalan, karena beliau masih harus lanjut naik kereta dari Jogja ke Bandung, dan baru sampai besok pagi.  Saya pun penasaran, "Bu, ibu dari Bandung, kok bisa ada di Banyuwangi bu?" Ibu itupun menceritakan, bahwa dulu beliau mondok di salah satu pesantren di Pasuruan sejak lulus SD lalu bertemu jodoh, orang Banyuwangi...

Satu hari, penuh cinta.

Hari Jumat kemarin, aku memutuskan untuk pulang. Setelah berbagai pertimbangan. Aku sampai dirumah pukul 12 malam. Larut sekali karena terdapat beberapa halangan ketika di jalan. Kudengar handphone ku berbunyi yang ternyata adalah telepon dari bapak. Kalau sudah dekat rumah, suruh telepon katanya.  Ternyata, selarut itu bapak menjemputku di depan gang. Kita berjalan kaki menuju rumah. Ku rangkul tangan laki laki hebat yang selalu ada untukku ini.  Sesampainya dirumah, semua sudah tidur. Akupun menuju kamarku untuk segera beristirahat.  Pagi harinya, aku disapa oleh ibuku yang berdiri di pintu kamarku, membangunkanku dan menanyakan pukul berapa aku sampai. Selanjutnya aku terbangun dan melaksanakan sholat subuh. Lalu aku disambut dengan senyum keponakanku yang terbangun, ya karena kubangunkan. Rindu sekali rasanya. Dia sudah bisa diajak ngobrol, pantas ibuku awet muda. Selalu berteman dengan anak-anak kecil sih.  Ku ajak keponakanku jalan-jalan pagi. Ku dorong menggun...

Dibunuh ekspektasi.

Kemarilah dan duduk disampingku. Aku akan ceritakan, betapa menyakitkannya terlalu percaya dan berharap kepada manusia.  Aku akan ceritakan, betapa dinamisnya kehidupan dan hati para manusianya.  Aku akan ceritakan, betapa sakitnya dikecewakan oleh seseorang yang kamu kira tidak akan mengecewakanmu.  Harusnya, aku lebih bisa berdiri dengan gagah.  Hidup tanpa ekspektasi apa-apa.  Hidup tanpa mengharapkan apa-apa, dari manusia.  Ya, aku harus lebih berani dan percaya diri.  Pada kaki mungilku yang selalu menemani, kemanapun pikiranku menginginkan langkahnya.  Setelah dibunuh beberapa kali oleh ekspektasi, aku tetap ingin bangkit.  Mencari puing -puing, diriku yang dulu. 

Labirin

Hidupnya seperti didalam labirin.  Penuh sekat-sekat yang harus di tebak jalan mana yang bisa membawanya keluar lebih cepat.  Terkurung.  Sendirian.  Otaknya diperas untuk berpikir.  Namun tak kunjung ia dapat jawabannya.  Ia hanya terus mengingat-ingat..  Kiranya kebahagiaan apa yang sempat ia rasakan dulu.  Kiranya siapa saja yang pernah menorehkan tawa bahagia ketika muda.  Sambil berharap, sedihnya akan hilang.  Ia adalah pemilik memori seribu tera, dan bahkan melebihi itu.  Kepalanya sedang pusing, karena ingatannya kembali muncul.  Saat itu, dia mungkin saja kesakitan.  Sakit, yang sakit sekali.  Tapi karena dia terjebak, dia hanya bisa diam.  Mematung.  Termenung.  Sambil berharap, Tuhan akan menolongnya.  Ia yakin..  Kenapa?  Karena Tuhan tidak pernah salah dalam memilih pundak hambaNya.  Hanya dengan berdoa, ia kembali tenang.  Sambil mencari jalan keluar.  Walau d...

Bantu?

Tidak.  Tidak ada yang bisa membantumu kecuali kamu.  Di lubuk hatimu paling dalam..  Sedalam itu..  Kamu menjatuhkannya.  Yang oleh karenanya,  Sebegitu dalam juga luka yang harus kamu lintasi. Seberdarah apapun kakimu, Hanya kamu yang bisa melaluinya.  Setertatih apapun langkahmu,  Tetap hanya kamu yang mampu. Kata Tuhan, itu jalanmu Tidak ada satupun manusia yang bisa bantu Tapi Tuhan bisa,  Mengirimkan kekuatan untukmu Sedikit lagi...  Jangan nyerah