Satu hari, penuh cinta.

Hari Jumat kemarin, aku memutuskan untuk pulang. Setelah berbagai pertimbangan. Aku sampai dirumah pukul 12 malam. Larut sekali karena terdapat beberapa halangan ketika di jalan. Kudengar handphone ku berbunyi yang ternyata adalah telepon dari bapak. Kalau sudah dekat rumah, suruh telepon katanya. 

Ternyata, selarut itu bapak menjemputku di depan gang. Kita berjalan kaki menuju rumah. Ku rangkul tangan laki laki hebat yang selalu ada untukku ini. 

Sesampainya dirumah, semua sudah tidur. Akupun menuju kamarku untuk segera beristirahat. 

Pagi harinya, aku disapa oleh ibuku yang berdiri di pintu kamarku, membangunkanku dan menanyakan pukul berapa aku sampai. Selanjutnya aku terbangun dan melaksanakan sholat subuh. Lalu aku disambut dengan senyum keponakanku yang terbangun, ya karena kubangunkan. Rindu sekali rasanya. Dia sudah bisa diajak ngobrol, pantas ibuku awet muda. Selalu berteman dengan anak-anak kecil sih. 

Ku ajak keponakanku jalan-jalan pagi. Ku dorong menggunakan sepedanya. Dia bahagia, aku juga. Siang harinya, ku ajak dia jalan-jalan di Indomaret dekat rumah. Ku belikan, apa yang ia minta. Karena, aku tahu bahwa ada yang tidak bisa aku beli yaitu waktu. 

Malam harinya, mendadak aku harus pulang naik kereta pukul 7 besok pagi, tepatnya pagi hari ini. Untung masih dapat tiket kereta. Aku yang awalnya hendak membeli jagung bakar di alun alun, mendadak tidak ingin. Aku hanya ingin dirumah. Selanjutnya ibuku, yang harus ke pasar malam itu. Aku mengutarakan keinginanku, makan sate. Akhirnya dibelikanlah aku sate ayam dan sate kambing. Kami makan bertiga malam itu. Waktu seperti membeku, berhenti sejenak. Aku, bahagia sekali. Karena tidak setiap hari aku merasakannya. 

Hari dimana aku harus kembali pun datang, ya hari ini. Lagi lagi, waktu harus tetap berjalan. Aku harus meninggalkan mereka. Ibuku selalu serba bisa. Pagi sekali sebelum pergi ke pasar, makanan untuk ku bawa sudah matang. Lalu beliau melanjutkan ke pasar untuk berbelanja. "Gak boleh lama-lama" Tuturku kepada beliau. Setelah ku sapu rumah, ibuku sampai. Benar tidak lama. Lalu melanjutkan memasak yang lain. Setelah semuanya selesai, aku pamit kepada ibu. Ku cium pipinya empat kali. Betapa aku mencintai dan membutuhkan wanita ini, panjangkanlah umurnya. Batinku setiap hari. 

Aku pulang, diantar bapak. Kucium tangannya, dan diantar aku dengan nasehat "hati-hati nduk". 
Pak anakmu ini sudah besar ternyata, tapi dari TK sampai dewasa selalu sedih ketika bapak antar. Semoga panjang umur dan sehat bapak, aku masih ingin mengukur jalan bersamamu. 

-Secuil cerita singkat ini ditulis dengan cinta oleh anak kedua bapak dan ibuk. 
Di koridor stasiun kereta api sambil menunggu kereta datang. 
Hatinya penuh rindu.-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengeluh dan Menyerah

Untukmu, sahabatku

Penghujung tahun 2018