Kamu...


Kamu. Harus dengan kata sapaan apa aku menyapamu ? Assalamualaikum, Halo atau Hai? Apakah sosokmu masih sedingin dulu? Ah selalu saja kamu dan masih kamu. Tapi, kenapa harus kamu?
Walau jarak kita sudah terhalang dua waktu yang berbeda, namun perasaan ku tak pernah berubah. 
 Rindu ku selalu berlayar, namun ia tak pernah sampai. 
 Kenapa? Karena ia tak pernah menemukan pelabuhan sepertimu.  Seharusnya kamu mau, menyumbangkan sedikit waktu untuk menerima rinduku. Sesaat saja hanya untuk berlabuh lalu pergi lagi. Bukankah begitu? Aku mencintaimu karena agamamu, indah akhlakmu, dan briliant otakmu.
Taukah kamu? Melihatmu diam-diam adalah caraku untuk menambah semangatku waktu itu. Mencari perhatianmu, melakukan hal – hal konyol disekitarmu,apalagi? Mungkinkah kau sendiri merasakan keanehan ini?
Ah, bodoamatlah. Entah kau mau mengerti perasaanku atau tidak, tapi terimakasih untuk segala perhatian tersiratmu. Tersirat? Mungkin aku saja yang ke Gr-an. Haha....
Tapi mungkin sekarang waktunya, untuk melepaskanmu hari ini dan memintamu pada-Nya, pemilikmu. Aku pernah memintamu pada-Nya waktu kenaikan kelas dulu, aku meminta agar aku dikumpulkan dengan yang soleh-soleha. Dan Dia memberiku kamu pada saat itu.
Terimakasih atas dinginnya sikapmu, membuatku berhenti mengharapkanmu dan berharap pada-Nya. 
Terimakasih nasehatmu, surat Al Isra’ ayat 32 kan ? InsyaAllah, doakan aku.

Untuk mu.
(48;1-3)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengeluh dan Menyerah

Untukmu, sahabatku

Penghujung tahun 2018