Bapak
Tubuhnya sudah tak setangguh dulu lagi
Kulitnya telah memudar, ditambah keriput yang sudah nampak banyak diwajahnya
Umurnya sudah lebih separuh abad
Sesekali ia batuk, dan mengeluh pegal-pegal
Aku benci kadang
Benci karena sifat mengalahnya
Benci karena sifat diamnya
Benci karena putung rokok yang terus menerus ia hisap
Tapi benciku pada sifat dan sikapnya, bukan pada sosoknya
Terkadang inginku bedah isi hatinya agar aku bisa tau apa yang sebenarnya ada dalam pikirnya
Karena tak sekalipun dia mengeluhkan apa yang tak ia suka
Dia selalu memendamnya sendirian
Tak pernah mengijinkanku mengetahui secuil rasa sakitnya
Baktiku sangat belum sempurna padanya
Akupun begitu tidak berani mengungkapkan kasih sayangku padanya
Aku yang memanggilnya "Bapak"ini terlalu naif
Padahal dulu sewaktu kecil ia lah yang menanamkan keberanian pada diriku
Ia pula yang menanamkan kemandirian dalam diriku
Ia tak pernah mengatakan bahwa ia sangat menyayangiku
Tapi perilakunya mengisyaratkan demikian
Ceritanya kala aku masih kecilpun masih kuingat sampai sekarang
Itu juga merupakan bentuk kasih sayang yang ia berikan
Tiada yang lebih kuharapkan selain kasih sayang Allah padanya
Pada lelaki yang karenanya juga aku ada
Aku belum bisa memberinya apa-apa
Bahkan mungkin sampai kapanpun aku belum bisa membalas pengorbanannya
Tapi aku harus terus berusaha
Menjadi sebaik-baik anak yang berbakti dan soleha
Walaupun belum sampai ku disebut demikian
Namun itulah sebuah pengharapan
Menjadi wanita yang taat pada Allah dan Rasul-Nya
ditulis oleh anak kedua Bapak, yang sangat tidak nurut.
Kulitnya telah memudar, ditambah keriput yang sudah nampak banyak diwajahnya
Umurnya sudah lebih separuh abad
Sesekali ia batuk, dan mengeluh pegal-pegal
Aku benci kadang
Benci karena sifat mengalahnya
Benci karena sifat diamnya
Benci karena putung rokok yang terus menerus ia hisap
Tapi benciku pada sifat dan sikapnya, bukan pada sosoknya
Terkadang inginku bedah isi hatinya agar aku bisa tau apa yang sebenarnya ada dalam pikirnya
Karena tak sekalipun dia mengeluhkan apa yang tak ia suka
Dia selalu memendamnya sendirian
Tak pernah mengijinkanku mengetahui secuil rasa sakitnya
Baktiku sangat belum sempurna padanya
Akupun begitu tidak berani mengungkapkan kasih sayangku padanya
Aku yang memanggilnya "Bapak"ini terlalu naif
Padahal dulu sewaktu kecil ia lah yang menanamkan keberanian pada diriku
Ia pula yang menanamkan kemandirian dalam diriku
Ia tak pernah mengatakan bahwa ia sangat menyayangiku
Tapi perilakunya mengisyaratkan demikian
Ceritanya kala aku masih kecilpun masih kuingat sampai sekarang
Itu juga merupakan bentuk kasih sayang yang ia berikan
Tiada yang lebih kuharapkan selain kasih sayang Allah padanya
Pada lelaki yang karenanya juga aku ada
Aku belum bisa memberinya apa-apa
Bahkan mungkin sampai kapanpun aku belum bisa membalas pengorbanannya
Tapi aku harus terus berusaha
Menjadi sebaik-baik anak yang berbakti dan soleha
Walaupun belum sampai ku disebut demikian
Namun itulah sebuah pengharapan
Menjadi wanita yang taat pada Allah dan Rasul-Nya
ditulis oleh anak kedua Bapak, yang sangat tidak nurut.
Komentar
Posting Komentar