Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Penghujung tahun 2018

Gambar
Sebelum tahun ini benar-benar berakhir, aku ingin berterimakasih dan juga minta maaf kepada diriku sendiri. Maafkan aku, atas pencapaian-pencapaian yang lambat, target-target yang mundur dan bahkan beberapa tak terlaksana.  Maafkan aku, tabunganku masih belum penuh karena seringnya menuruti nafsu perut dan pikiran. Maafkan aku, akhlakku masih buruk, tingkahku masih kurang baik dan perkataanku masih sering menyakiti sekitarku. Maafkan aku, hatiku masih belum tertata dengan rapi, luka lamaku masih kubiarkan separuh basah dan memori burukku masih sering ku panggil. Maafkan aku, yang mengutamakan berkeluh kesah dibandingkan syukur dan menerima. Tapi, aku juga harus berterimakasih atas sahabat-sahabat yang masih setia menemani, mendengarkan cerita di pagi, siang dan malamku. Terimakasih untuk semua yang tetap tinggal disaat yang lain pergi. Terimakasih atas diriku yang tidak pernah menyerah untuk mewujudkan mimpinya walaupun harus diiringi isak tangis yang seringkali terjadi ketika i...

Random Talk w/ mr. B

Mencintai seseorang adalah hal yang wajar. Cara orang menunjukkan rasa cintanya juga beragam. Ada yang terang-terangan, ada yang sembunyi-sembunyi, ada juga yang habis menyatakan terus pergi. Entah kepergiannya itu karena malu atau ingin melupakan. Tapi, pernahkah kamu mencintai seseorang tapi seseorang itu sudah mencintai yang lain? atau bahkan sudah menjalin hubungan yang biasa kita sebut "pacaran"? Jika pernah berarti kita sedang berada di frekuensi yang sama. Hehe.  Malam itu, entah angin malam tujuan mana yang membawaku berbincang-bincang dengan mr. B. Percakapan kita seputar mengagumi seseorang yang telah memiliki orang lain, dihatinya. Aku pernah beranggapan, selama janur kuning belum melengkung masih ada kesempatan untuk bersama seseorang yang saat ini menjalin hubungan dengan orang lain. Tapi anggapan itu seketika berbalik setelah mendengar perkataan mr. B malam itu. "Kataku gak ada itu kata sebelum janur kuning melengkung. Meskipun janur kunin...

Note to my self #1

Resiko orang yang banyak berbicara ialah ia harus mau mendengarkan. Jangan egois,  maunya terus didengarkan. Jangan egois, maunya terus berbicara. Ada satu fase mereka bosan mendengarkan. Ada satu fase mereka risih dengan pembicaraan yang selalu sama. Bicaralah, jika memang benar-benar perlu dibicarakan. Dengarkanlah, jika sudah selesai masamu berbicara.

I love my circle

Andai kalian tau betapa bersyukurnya aku memiliki sahabat seperti kalian. Pendengar sekaligus penasehat dikala lalai dan lemah. Pelipur kesedihan dan kesepian. Terimakasih enam tahun telah mau berjalan bergandengan dan tidak pergi meninggalkan. Walau terbentang jarak, namun masih saling berkabar.  Aku senang, kita masih dalam lingkaran yang sama. tidak saling menuntut dan saling pengertian. Aku senang, memiliki sahabat seperti kalian. :)

Bolehkah aku?

Bolehkah aku menjadi satu-satunya bunga yang kau sapa ? Di setiap pagi yang sejuk dan sore yang dingin Di setiap siang yang terang dan malam yang gelap Bolehkah aku menjadi pelipur lelahmu? Hingga kau berikan aku senyum indahmu tiap waktu Hingga kau berikan rengkuh yang menenangkanku Bolehkah aku ?

Orang-orang yang berbohong

Sekali saja Bohongi aku Mungkin aku percaya Tapi tak akan lama Karena aku percaya kejahatan tak akan bertahan lama dan orang-orang yang berbohong itu tak pantas jadi teman selamanya - :)

Bunga yang tak pernah kau petik

Aku adalah salah satu bunga yang tumbuh di halaman rumahmu Dulu kau mengambilku dari toko bunga saat aku sedang mekar indah-indahnya Tak pernah terlewat suatu pagi kau tak menyapaku Merawatku, hingga aku tumbuh dengan baik Tapi terkadang kau membuatku bertanya-tanya Mengapa tak kau petik saja aku agar bisa kau bawa-bawa? Mengapa tak kau petik saja  aku agar kau bisa merasakan aromaku lebih lama? Kau suka, tapi tak pernah melakukannya Mengapa? Jember, 31 Agustus 2018 Dindrraa.

Sebuah pemikiran #1 "Mampu dan mau"

Assalamuallaikum, halo selamat malam teman-teman.  Akhirnya niat saya untuk menulis kembali terkumpul hari ini. Jadi, sebenarnya saat beberapa bulan terakhir saya "istirahat" dalam dunia per-blog-an ini banyak sekali inspirasi dan pemikiran-pemikiran yang sebenarnya menarik untuk ditulis. Tapi sayang sekali, tugas kuliah yang menyebabkan tubuh ini mudah lelah lalu timbul hasrat berleha-leha di hari libur dan waktu luang ini benar-benar mematikan jiwa produktif seseorang. Terkadang saya hanya mencatat point-point penting apa yang saya pikirkan tiba-tiba itu di catatan HP atau di akun twitter saya. hehe.  Jadi beberapa hari terakhir, saya sedang memikirkan perihal "mampu dan tidak mampu". Ini adalah sebuah opini, dari seorang gadis generasi 20 tahunan yang bisa disanggah atau diterima.  Gini ceritanya. Mungkin ada dari kita atau mungkin dari diri saya sendiri yang juga masih proses belajar ini, ketika melihat seorang teman memakai barang mahal misal, se...

Kan aku punya krisan

Tetanggaku punya taman yang rumputnya hijau. Tapi aku gak sedih akan hal itu, karena aku punya bunga krisan di halaman kecilku. :)

Aku ingin

Aku ingin Satu Mukmin Temani hati yang sedang berjuang sendiri Tapi nanti Saat Dia tlah memberi waktu terbaik

Ngomongin "Pacaran"

Halo.. Setelah beberapa bulan tidak produktif menulis, malam ini aku lagi pingin berpikir dan membahas sesuatu. Topik yang pingin aku bahas adalah tentang "hubungan". Hubungan apa dulu nih ? Hehe. Hubungan yang aku ingin bahas adalah hubungan percintaan atau biasa dikenal dengan sebutan "pacaran". Sebenarnya aku sudah pernah membahas topik yang hampir sama, di postingan-postingan sebelumnya yang berjudul  https://dindrraa.blogspot.co.id/2017/10/relationship.html .Beberapa waktu lalu, aku sempet sharing sama sahabatku tentang hubungan ini. Dia cantik, pinter, rasanya gak mungkin gitu kalau gak ada yang deketin but she choose to be single. Sama sepertiku, kita sama-sama sedang dalam fase "buat apasih pacaran?". Jadi kita bertiga lagi dikereta nih, ceritanya mau balik ke perantauan buat kuliah. Kita duduk di kursi yang emang cuma ada 4 tempat duduk jadi asik kalau dibuat sharing. Sahabat aku satunya nih punya pacar, sebut aja yang punya pacar si A dan sahab...

Pelajaran Hari Ini, Cintai Profesimu

Gambar
Pantai Boom, Banyuwangi, 18 Februari 2017 Pagi-pagi tadi, tepatnya pukul setengah enam pagi aku pergi ke pantai. Sebenarnya aku sudah sering mengunjungi pantai ini, tapi kali ini aku kemari untuk bertemu teman lama ku yang sedang pulang kampung. Saat duduk-duduk ditepi pantai, aku mengamati para nelayan yang tengah sibuk bekerja mencari ikan. Mereka sangat bersemangat menarik sebuah jaring yang berada ditengah laut. Aku mengamatinya, mereka berlari dari sisi kanan ke sisi kiri pantai dengan menarik tali jaring lalu menggulungnya (entah apa istilah aslinya, aku tidak tau). Mereka kurus, ketika menarik tali tadi terlihat otot-otot dilehernya. Aku yang daritadi menjadi seorang penonton, merasa kalau itu pasti melelahkan. Tapi raut wajah mereka tidak menunjukkan hal itu. Lalu aku berpikir, tentang orang dan pekerjaannya. Ketika aku di pantai, ya benar aku melihat nelayan sedang mencari ikan, jika aku digunung ijen nanti, pastinya aku akan melihat para penambang belerang yang membawa ...

Bayang - bayang

            Suasana malam ini seperti suasana yang kurasakan empat tahun lalu, dimana aku duduk dibalkon cafe tempat aku berbagi cerita dengan seorang lelaki jangkung yang biasa ku panggil Bintang. Dia, seperti namanya, memancarkan aura yang menyilaukan. Hidung mancungnya, tinggi badannya yang sesuai dengan ukuran tubuhnya, proporsional istilah lainnya, dagunya juga panjang, senyumnya yang selalu memperlihatkan rangkaian giginya yang rapi membuat potretnya terlihat sempurna. Ah, sial, batinku. Aku masih belum bisa melupakan bayang-bayang lelaki itu. Aku Bella, wanita yang memang lahir dan tumbuh besar di Jakarta ini, lagi-lagi merindukan seseorang yang telah lama pergi meninggalkanku tanpa sepatah kata-kata perpisahan. Entah kemana perginya lelaki yang pernah berjanji untuk mendengarkan cerita-cerita senang dan sedihku, mendengarkan cerita tentang hari-hariku mulai bangun tidur sampai menjelang tidur. Malam ini, aku sengaja mendat...

Hadiah untuk Nenek

(Krik – krik – krik.......) Suara jangkrik memecah keheningan malam itu. Ditambah dinginnya malam yang seolah olah ingin mematahkan tulang-tulang kakak-beradik yang sedang tidur didalam gubuk tua milik sang nenek. Namanya   Memet dan Mamat, Memet yang tertua sedangkan mamat 4 tahun lebih muda darinya. Mulai lahir mereka tinggal bersama neneknya karena orang tuanya pergi entah kemana. Karena keterbatasan biaya mereka putus sekolah dan hanya mendapat pendidikan tingkat dasar tapi dibalik semua kekurangan pasti ada kelebihan. Memet dan Mamat adalah anak yang Rajin bekerja, bekerja apa saja yang bisa mereka kerjakan. Suatu hari, saat mereka berjalan ditepi sawah ada tiba – tiba seseorang memanggilnya “Met, Mat kesini !” panggil pak karim “ya pak? Ada apa ?” jawab memet “kamu mau menjagakan kambing saya? Saya mau pulang sebentar” “mau pak dengan senang hati.” Jawab Memet Pak karim segera mempercayakan kambing – kambing nya kepada memet dan mamat Tidak lama kemudian pak k...

Percakapan dengan INFP

Sore tadi, aku mengirim pesan singkat kepada sahabatku yang sedang di Malang. Dia sahahabat laki-laki yang sering aku mintai pendapat karena terkadang aku membutuhkan sebuah jawaban dari sudut pandang laki-laki. Mungkin beberapa orang akan bertanya, "kenapa dia"?. Jadi, dia adalah seseorang memiliki pemikiran yang sama denganku, walaupun aku berkepribadian ENFJ dan dia INFP tapi -katanya- kata hasil tes MBTI sih kita sama-sama visioner jadi kita nyambung-nyambung aja kalau cerita dan saling terbuka dan ternyata ya iya.... Aku menanyakan padanya apakah aku terlihat seperti seorang introvert, katanya tidak sama sekali. Aku memiliki banyak teman dan bahkan aku memiliki julukan si ceria. Aku tahu, kalau kebanyakan anak introvert pandai memendam perasaan mereka, termasuk dia. Dan aku, adalah seseorang yang mudah sekali mengekspresikan perasaanku, oleh karena itu aku kembali bertanya padanya. ENFJ : "aku sedih, kadang salah cerita ke orang yang tidak bisa dipercaya, ber...

Bapak

Tubuhnya sudah tak setangguh dulu lagi Kulitnya telah memudar, ditambah keriput yang sudah nampak banyak diwajahnya Umurnya sudah lebih separuh abad Sesekali ia batuk, dan mengeluh pegal-pegal Aku benci kadang Benci karena sifat mengalahnya Benci karena sifat diamnya Benci karena putung rokok yang terus menerus ia hisap Tapi benciku pada sifat dan sikapnya, bukan pada sosoknya Terkadang inginku bedah isi hatinya agar aku bisa tau apa yang sebenarnya ada dalam pikirnya Karena tak sekalipun dia mengeluhkan apa yang tak ia suka Dia selalu memendamnya sendirian Tak pernah mengijinkanku mengetahui secuil rasa sakitnya Baktiku sangat belum sempurna padanya Akupun begitu tidak berani mengungkapkan kasih sayangku padanya Aku yang memanggilnya "Bapak"ini terlalu naif Padahal dulu sewaktu kecil ia lah yang menanamkan keberanian pada diriku Ia pula yang menanamkan kemandirian dalam diriku Ia tak pernah mengatakan bahwa ia sangat menyayangiku Tapi perilakunya mengisyar...

Ngomongin nikah bosen juga

Halo, selamat malam! :) Kali ini, aku ingin menyampaikan opini-opini yang akhir-akhir ini muncul dibenakku. Opini ini muncul setelah seringnya aku ngomongin masalah pernikahan. Salahku juga sih, kenapa aku -kadang-kadang- ikut terjun ke perbincangan dengan topik tersebut. Jadi, beberapa waktu lalu sempet heboh masalah nikah muda nikah muda, jadi banyak tuh temen-temen yang baper pingin seperti itu juga dan mungkin aku salah satunya. Tapi aku mikir juga, aku kan masih kuliah mustahil keluargaku mengijinkanku menempuh jalan itu. Ku tepis jauh-jauh pikiran itu, lalu bagaimana dengan menikah diusia ideal? Lagi-lagi teman kuliahku pernah membuat sebuah poster mengenai usia ideal wanita menikah, sebenarnya aku tidak begitu tertarik dengan topiknya tapi karena posternya ada dimading kampusku aku tetap saja membacanya. Kalau tidak salah, usia ideal wanita menikah diposter tersebut umur 21-25 tahun. Waktu membaca poster tersebut, usia ku 20 tahun. Sempet terlintas sebuah target untuk menikah...

Harap apa?

Sebenarnya aku takut Aku takut berharapku terlalu jauh Hingga pada akhirnya aku sendiri yang luruh Hancur karena harapanku Tapi Tidak Aku sedang tidak berharap kan? Tolong jelaskan maksud sesak dalam dada yang daritadi tertahan Mengapa bisa ia terus berdetak Berdegup seolah ingin memberontakkan kemarahannya Tolong Tolong jelaskan maksud hati yang terus berdegup Seolah aku sedang meragukan diriku Hahaha Inginku tertawa saja Menanyakan balasan daripada sebuah harapan tidaklah ada gunanya Biarlah Biarlah aku disini penuh tanya tentang rasa yang ada dalam dada Biarlah aku disini berdiri tanpa mengharap apa-apa -d.i-

Cinta Abidzar

Dahulu kala, di sebuah negeri yang bernama Aslabana tinggalah sebuah pria bernama Abidzar. Dia sangat terkenal dengan kesederhanaan dan ketaatannya kepada Agamanya. Tidak heran, dia besar dilingkungan yang agamis, ayahnya adalah pemilik dan pengasuh pondok pesantren didaerahnya sedangkan ibunya adalah anak dari seorang Kyai. Suatu ketika, Abidzar disuruh ibunya pergi ke pasar untuk membeli kelapa. Sesampainya di pasar, matanya menatap sesuatu yang membuatnya tak bisa memalingkan pandangannya. Ya, apalagi? Seorang gadis, berkerudung panjang dan berpakaian sederhana sedang mengukir senyum manisnya. Siapa gerangankah dia? Abidzar mulai bertanya-tanya. Hati dan pikirannya masih terpaku pada wanita itu. Namun ia tersadar, berlama-lama memandang seseorang yang belum halal bukanlah sebuah kebaikan. Ia pun kembali melanjutkan perjalanannya di pasar. Suatu ketika, Abidzar memberanikan diri menyatakan maksud hatinya kepada Ayahnya. "Ayah, sebenarnya ada yang Abi ingin bicarakan kepada Ayah...

Aku lupa "sederhana"

Kemarin, mungkin aku lupa kalau bahagia itu sederhana. Aku lupa kalau dengan menjadi "sederhana" saja aku sudah bisa bahagia. Entah, mungkin karena kemarin-kemarin juga aku terlalu sering melihat ke atas, atau mungkin aku sedang mengikuti standar kebahagiaan orang-orang disekitarku? ehm. Ada yang salah? jelas ada. Aku sendiri yang salah, aku lupa dengan prinsipku, aku lupa sama prinsip hidup sederhanaku, dan lupa kalau merasa "cukup" itu menenangkan.. Berpenampilan sederhana, makan sederhana, berkerudung sederhana, berdandan sederhana, njajan sederhana. Ya, untuk beberapa hal kurasa cukup sampai disini saja kelupaanku. :) Saatnya kembali, menjadi diriku yang dulu gak serempong ini. Sebenarnya aku juga takut standar hidupku akan naik kalau balik ke perantauan, tapi hati manusia siapa yang tau...  Memasang standar kebahagiaan yang terlalu tinggi sama saja menyakiti diri sendiri Sederhana saja, asal jiwamu bahagia tak apa -d.i-  

Fatamorganakah Dia?

Pernah aku bercerita kepada sahabat tentang laki-laki yang ku suka. Dia tampan, soleh, pintar, insyaAllah ngerti tentang Agama, bacaan Qurannya bagus, jika disuruh memberi nilai 1-10 aku memberi dia nilai 8,8. Entah sejak kapan rasa ini hadir, tapi entah mengapa ketika aku dekat dengannya aku tak bisa menatapnya lama-lama. Hatiku malu, tapi mau. Ibaratnya aku adalah murid dan dia seorang guru. Dia lebih tinggi daripada aku, jadi untuk menyamakan posisi itu aku butuh usaha yang menggebu kan? Dalam usahaku untuk menyetarakan aku dan dirinya kadang membuatku berputus asa. Sampai terkadang aku berpikir, fatamorganakah dia? Tapi, jodoh bukan perkara "mengapa" dan "bagaimana" kan? Jadi ku alirkan sesuatu yang bisa dibilang cinta. Ku alirkan dia bersama doa-doa dan pengharapan kepada pemiliknya yaitu Sang Pemberi Cinta. Bukankah jika sesuatu ditakdirkan untukmu, tidak akan menjadi milik orang lain bagaimanapun juga ? Selamat malam, kepada para pecinta yang tak mengh...